Jakarta, 18 Januari
2013
JAKARTA UNDERWATER, TCP PEDULI
Jakarta
lumpuh! Tiga hari sudah kemeriahan kota metropolitan ini seperti "mati
suri". Hujan deras yang mengguyur ibu kota dan sekitarnya memaksa tanah
Betawi ini kehilangan keceriaannya. Sejak Rabu, 16 Januari 2013 lalu hingga
Jumat, 18 Januari 2013 pagi hari, hujan seperti tak mau menghentikan
kerinduannya untuk membasahi Jakarta. Sayang, curah hujan yang terlalu tinggi
lagi-lagi tak mampu dibendung tanah si Pitung.
Beberapa
titik pusat urat nadi kehidupan kota Jakarta praktis dinyatakan tak berdaya.
Thamrin, Bundaran HI, Monas, bahkan Istana Negara tak luput dari kunjungan
banjir lima tahunan ini. Praktis, aktivitas warga Jakarta terpaksa banyak yang
dihentikan. Banjir yang melanda banyak menimbulkan kesulitan bagi warga Jakarta
untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari. Tak pelak, posko-posko dan tempat
pengungsianpun didirikan.
Bertolak
dari peristiwa memprihatinkan tersebutlah, maka management PT. Transcoal
Pacific bergerak cepat untuk segera mengulurkan bantuan. Kegiatan yang didasari
oleh rasa saling mengasihi sesama ini, didukung oleh seluruh karyawan TCP tanpa
terkecuali. Bahkan, kegiatan ini hanya memerlukan waktu 1 malam untuk
didiskusikan melalui email. Hal ini dikarenakan beberapa anggota management tak
luput juga dari banjir. Kegiatan kinerja TCP pada hari Kamis, 17 Januari 2013
juga sempat tersendat dan hanya segelintir karyawan yang bisa lolos menembus
banjir. Akan
tetapi, hari berikutnya di tengah suasana banjir seluruh karyawan TCP bisa
hadir dan ikut serta mengulurkan tangan membantu korban banjir. Seluruh donasi
periode pertama yang terkumpul sebesar 4.185.000.
TCP
Peduli periode pertama dilakukan pada hari Jumat, 18 Januari 2013. Tempat
pilihan pertama yang kami pilih adalah Gor Otista Cawang. Pemilihan tempat ini
bukan tanpa alasan. Gor Otista bukanlah satu-satunya tempat pengungsian di
wilayah Kampung Melayu-Cawang Otista dan sekitarnya.
Akan
tetapi tempat ini paling banyak menampung korban banjir, yang mayoritas merupak
penduduk wilayah Kampung Pulo-Kampung Melayu dan Jatinegara yang rumahnya
terendam banjir. Sebanyak 1.600 jiwa korban banjir terdaftar di Gor Otista.
Bahkan pada hari yang sama, banjir di wilayah Kampung Pulo masih sebatas 3
meter serta masih banyak warga yang tertahan di rumah mereka.
Dibantu
oleh rekan-rekan media dan juga Camat Jatinegara Bapak Syofian, kamipun
langsung meluncur membawa bahan bantuan bagi korban banjir di Gor Otista.
Beberapa bahan bantuan yang kami bawa adalah : pakaian layak pakai, makanan
bayi, susu bayi dan balita, susu ultra, kopi, pampers, energen, sabun mandi,
minyak kayu putih, minyak telon, tolak angin dewasa, tolak angin anak, pembalut
wanita, biskuit, indomie, pop mie, air mineral, serta tissue. Semua bahan bantuan
tersebut kami salurkan langsung kepada Bapak Ujang Sujai, perwakilan dari team
BNPB.
Banjir
lima tahunan ini bukanlah kesalahan satu pribadi, dan seharusnya bukan juga
menjadi ciri khas ibu kota. Banjir lima tahunan ini menjadi PR besar bagi seluruh
warga Jakarta. Bukan tidak mungkin, apabila hal ini masih terus terulang
istilah
kota Metropolitan bisa menjadi "Jakarta
Underwater". Berbagai
kegiatan bakti sosialpun hendaklah dilakukan dengan hati tulus dan tidak
terhenti sampai di sini. Kegiatan TCP Peduli ini bukanlah ajang mencari nama.
Kegiatan internal ini merupakan bukti Corporate
Sosial Responsibility PT. Transcoal Pacific yang didorong oleh rasa
kepekaan seluruh karyawan TCP. TCP Peduli bukan hanya peduli pada peristiwa
banjir ini, namun TCP Peduli masih akan terus bergerak selama kami dibutuhkan
untuk sesama.
Joan Natasya Lambe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar